PUSKESMAS HAJIMENA KECAMATAN NATAR


Jumat, 20 Juni 2008

PTP Hajimena 2008

Perencanaan Tingkat Puskesmas

(PTP) Tahun 2008

PUSKESMAS HAJIMENA KECAMATAN NATAR – LAMPUNG SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan suatu sistem manajemen Puskesmas yang tepat. Salah satu fungsi penting dari manajemen puskesmas adalah fungsi perencanaan yang merupakan langkah awal dari proses manajemen disamping fungsi lainnya seperti pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain. Perencanaan merupakan penentuan dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan, tanpa perencanaan maka tidak ada sesuatu yang diorganisir, digerakkan dan diawasi. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu keharusan yang penting dalam suatu sistem manajemen modern sehingga dapat diwujudkan Puskesmas Sehat.

Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Puskesmas, maka Puskesmas Hajimena mela-kukan 3 (tiga) fungsi pokok pelayanan yaitu melaksanakan dan mengembangkan upaya kesehatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, mengurangi penderita sakit dan membina masyarakat di wilayah kerja untuk berperan serta aktif dan diharapkan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas Hajimena selama ini adalah sebagai berikut Promotif, Prefentif, Kuratif dan Rehabilitatif. Bertolak dari keempat pelayanan tersebut diatas maka usaha pokok Puskesmas Hajimena bertanggung jawab menyelengga-rakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kese-hatan tersebut dikelompokkan menjadi dua, pertama upaya kesehatan wajib meliputi yang Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Promosi Kesehatan dan Pengobatan. Kedua, Upaya Kesehatan Pengembangan meliputi Upaya Kesehatan Sekolah, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata dan Kesehatan Usia Lanjut. Upaya pelayanan penunjang dari kedua pelayanan tersebut antara lain upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan.

B. tUJUAN

Untuk meningkatkan kemajuan manajemen Puskesmas dalam mengelola kegiatan dalam upaya meningkatkan fungsi puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Hajimena dan sebagai acuan guna meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan wilayah kerja Puskesmas Hajimena.

C. VISI DAN MISI

Dalam rangka mengantisipasi tantangan ke depan menuju kondisi yang diinginkan, Pus-esmas Hajimena perlu secara terus menerus mengembangkan peluang dan inovasi untuk menuju perubahan ea rah yang lebih baik. Perubahan tersebut dilakukan secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akunta-bilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil atau manfaat. Sejalan dengan grand strategi yang dikembangkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, maka visi Puskesmas Hajimena adalah :

"TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEHAT DI PUSKESMAS HAJIMENA MELALUI PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG OPTIMAL"

Untuk mewujudkan visi Puskesmas Hajimena tersebut maka dipandang perlu untuk menggariskan beberapa misi yang harus dilaksanakan oleh pengelola program kesehatan yaitu sebagai berikut :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan yaitu mengupayakan agar pelaksanaan pembangunan mengacu, berorientasi dan memperhatikan faktor kesehatan sebagai pertimbangan utama.

2. Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga dalam pem-bangunan kesehatan dengan mengupayakan agar perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan masyarakat

3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata dan ter-jangkau.

Nilai-nilai yang disepakati bersama dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Hajimena adalah 1) berpihak pada rakyat, 2) bertindak cepat dan tepat, 3) kerjasama tim, 4) integritas yang tinggi dan 5) transparan dan akuntabel

D. STRATEGI

Straregi untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembangunan selalu mempertimbangkan dampak kesehatan Pendekatan kepada para pelaku pembanguan.

2. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor yang terkait.

3. Menyelenggarakan program upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pembinaan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat meliputi promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga termasuk KB dan pengobatan dasar serta upaya kesehatan masyarakat lainnya sesuai kebutuhan.

4. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat.

5. Berupaya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan yang bermutu, merata dan terjangkau melalui pelayanan rawat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.


BAB 2. ANALISA SITUASI

2.1 KONDISI UMUM

A. Potensi Geografis

Luas wilayah kerja Puskesmas Hajimena adalah 54.70 KM2 atau sekitar 25.6% dari luas wilayah kerja Kecamatan Natar. Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas Hajimena terletak diantara posisi 5º5’-6º5’ LS dan 105º45’-15º45 BT dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut : sebelah Utara dengan Puskesmas Natar Kabupaten Lampung Selatan dan sebelah Selatan dengan Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Sebelah Timur dengan Puskesmas Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan dan sebelah Barat dengan Puskes-mas Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Terdapat 6 (enam) desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Hajimena. Ke-6 desa tersebut, desa Hajimena yang mempunyai jarak tempuh ke Puskesmas Hajimena ± 0.45 menit (3 KM2), Krawang Sari (± 1.30 menit/16 KM2), Muara Putih ((± 1.15 menit/15 KM2), Pemanggilan (± 0.30 menit/ 4 KM2), Sidosari (± 0.25 menit/3 KM2) dan Tanjung Sari (± 60 menit/14 KM2). Kalau dilihat jarak tempuh, ada 3 desa yang cukup jauh (Krawang Sari, Muara Putih, Tanjung Sari) dan 3 desa dengan jarak tempuh yang cukup dekat (Sidosari, Pemanggilan, Hajimena). Namun demikian bagi desa Krawang Sari dan Tanjung Sari sudah terdapat Puskesmas Pembantu. Ini artinya bahwa jarak tempuh bagi ke-2 desa tersebut bukan masalah dalam hal pelayanan kesehatan.

A. Potensi Pendidikan

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hajimena yang memiliki tingkat pendidikan setingkat Diploma dan/ataupun sarjana masih cuku rendah. Sebagai gambaran, pada tahun 2007 penduduk laki-laki yang tamat diploma/perguruan tinggi sebanyak 252 orang atau hanya sekitar 1.3% dar toal penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak 101 orang atau hanya sekitar 0.5% dari total penduduk perempuan.

Tampak bahwa penduduk laki-laki di Puskesmas Hajimena sebagian besar tidak sekolah (55.7%). Bila dilihat per desa, penduduk laki-laki yang tidak sekolah tertinggi di desa Hajimena dan Tanjung Sari. Sementara itu, tingkat pendidikan yang ditamatkan setingkat akademi (diploma) dan universitas hanya sebesar 0.3% dan sebesar 1.3%.

Kondisi yang sama ditemukan pada kelompok perempuan, dimana penduduk yang tidak/belum sekolah masih cukup tinggi. Bahkan kelompok perempuan ini lebih tinggi daripada kelompok laki-laki. Begitupun dengan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan hanya sebesar 0.2% berlatarbelakang pendidikan diploma dan sebesar 0.3% berlatarbelakang pendidikan universitas

2.2 DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

A. mORTALITAS

1. Angka Kematian Ibu (AKI)

Dalam periode waktu 2005-2007, kasus AKI di Puskesmas Hajimena sebanyak 3 kasus. Tahun 2005 AKI sebanyak 1 kasus di desa Sidosari dengan penyebab kematian Infeksi Post Partum. Tahun 2006 sebanyak 2 kasus yang di desa Pemanggilan karena Eklampsia (1 kasus) dan Tanjung Sari karena Cancer Mamae (1 kasus). Sementera, untuk tahun 2007 di Puskesmas Hajimena tidak ditemukan adanya kasus kematian ibu.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Jumlah kasus kematian pada bayi (AKB) di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 sebanyak 26 kasus. Tahun 2005, kasus kematian pada bayi di Puskesmas Hajimena sebanyak 8 kasus meningkat tahun 2006 menjadi 11 kasus dan menurun pada tahun 2007 menjadi 7 kasus. Penyebab utama kematian bayi tersebut dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, tertinggi dikarenakan Asfiksia (7 kasus). Penyebab kedua kematian bayi di Puskesmas Hajimena di karenakan Intra Uterin Fetal Death (IUFD) atau kematian janin. Selama periode waktu 2005-2007, kematian bayi dengan penyebab IUFD sebanyak 6 kasus. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Premature, juga turut memberikan tingginya angka kematian bayi di Puskesmas Hajimena. Tercatat bahwa kematian Bayi karena BBLR dan Premature di Puskesmas Hajimena dalam 3 tahun masing-masing 3 kasus. Selebihnya, kematian bayi di Puskesmas Hajimena dikarenakan kelainan jantung (2 kasu), cacat kongenital (1 kasus) dan imature (1 kasus).

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

1. Pola Penyakit di Puskesmas

Penyakit dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Berikut dibawah ini dapat dilihat hasil analisis data LB1 di Puskesmas Hajimena Gambar 2.3, tampak morbiditas penduduk karena penyakit tidak menular periode tahun 2005-2007 berfluktuasi menurun. Tahun 2005, morbiditas penduduk karena penyakit tidak menular sebanyak 10.611 orang meningkat tahun 2006 menjadi 17.439 orang dan menurun tahun 2007 menjadi 16.606 orang. Berbeda dengan morbiditas penduduk karena penyakit menular yang menunjukkan fluktuasi meningkat. Tahun 2005, morbidtas penduduk karena penyakit menular sebanyak 1.272 orang menurun tahun 2006 menjadi 1.222 orang dan meningkat kembali menjadi 1.855 orang tahun 2007. Walaupun morbiditas penduduk karena penyakit tidak menular lebih tinggi dibandingkan dengan morbiditas penduduk karena penyakit menular. Namun, morbiditas penduduk karena penyakit menular mempunyai dampak (tingkat kesa-kitan) yang luas dibanding penyakit tidak menular.

Morbiditas penduduk di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 penyebabnya tidaklah jauh berbeda setiap tahunnya. Penyebab tertinggi biasanya dikarenakan kelompok penyakit saluran pernafasan bagian atas (ISPA, Tonsilitis, Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas, Influenza), diikuti penyakit kulit dan jaringan sub kutan (penyakit kulit infeksi, kulit alergi, karena jamur), penyakit rongga mulut (Penyakit rongga mulut dan kelenjar ludah, pulpa dan jaringan periapikal), penyakit infeksi pada usus (diare), penyakit lain-lain (gastritis), penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit mata dan adneksia (penyakit mata lainnya).

TABEL 2.1 SEPULUH BESAR MORBIDITAS PENDUDUK DI PUSKESMAS HAJIMENA TAHUN 2005-2007

TAHUN 2005

TAHUN 2006

TAHUN 2007

ISPA : 36%

ISPA (19.5%),

ISPA (17,5%)

Gastritis : 11.6%

Infeksi Pernafasan Akut Lain (16.5%)

Infeksi pernafasan akut lain (10 %)

Diare : 11.1%

Kulit alergi :16.1%

Kulit alergi : 7,5 %

Hypertensi : 8.4%

Kulit infeksi :10.9%

Diare : 5,2%

Hypertensi : 8.4%

Diare : 9.9%

Kulit infeksi : 4,9 %

Penyakit Kulit Infeksi : 7.5%

Gastritis : 6.6%

Penyakit pada sIstem otot dan Jar. Pengikat : 4,9%

Influensa : 7.2%)

Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Pengikat : 6.3%

Gastritis (4,7 %),

Penyakit pada sistem otot & jaringan pengikat : 7.1%

Kulit Karena Jamur : 5.6%

Influensa : 4,7 %

Penyakit rongga mulut & Kelenjar Ludah : 4.9%

Hypertensi : 4.5%

Tonsilitis : 2,5%

Penyakit rongga mulut & Kelenjar Ludah : 4.9%

Influensa : 4.2%

Penyakit Pulpa & Jaringan periapikal : 2,4 %

Sumber : SP2TP-LB1 . Puskesmas Hajimena

2. Pola Penyakit Tidak Menular

Morbiditas penduduk karena penyakit tidak menular di Puskesmas Hajimena pada tahun 2007 tertinggi dikarenakan penyakit kulit karena alergi (1.384 kasus), diikuti penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (908 kasus), penyakit infeksi pada kulit (908 kasus), gastritis ( 875 kasus), penyakit pulpa dan jaringan jeriapikal (449 kasus), mastoiditis (infeksi pada telinga) (427 kasus), penyakit kulit karena jamur (398 kasus), penyakit gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya (234 kasus), penyakit asma (198 kasus) dan penyakit infeksipada usus lainnya (180 kasus). Kondisi morbiditas penduduk karena penyakit tidak menular pada tahun 2007 ini, tidak jauh berbeda dengan kondisi morbiditas penduduk karena penyakit pada tahun 2005 dan pada tahun 2006.

3. Pola Penyakit Menular

a. Kasus AFP

Periode tahun 2005-2007, kasus Acute Flaccid Paralysis atau lumpuh layuh hanya ditemukan tahun 2007 di desa Hajimena sebanyak 1 kasus

b. Kasus Pneumonia

ISPA masih menjadi penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indo-nesia. Dari beberapa hasil kegiatan SKRT diketahui bahwa 80-90 % dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pnemonia.

Jumlah balita yang dengan kasus Pnemonia yang ditemukan di Puskesmas Haji-mena periode waktu 2005-2007 sebanyak 123 kasus. Pada tahun 2005 dari 859 kasus ISPA tidak dilaporkan adanya kasus Pneumonia. Tahun 2006 dari 1001 kasus ISPA ditemukan sebanyak 32 (3.2%) kasus Pneumonia dan tahun 2007 dari 6118 kasus ISPA ditemukan sebanyak 91 (1.5%) kasus Pneumonia.

c. Kasus Tuberkulosis

Tubekulosis menempati urutan ke-3 penyebab kematian umum, selain menyerang paru, tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary). Dari data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan kasus BTA(+) pada tahun 2005 dari 69 kasus diobati 4 orang dan yang sembuh sebanyak 4 orang (5.8 %). Tahun 2006 kasus TB Paru BTA (+) ditemukan 55 kasus, diobati 8 orang dan yang sembuh sebanyak 5 orang (36,78%). Sedangkan tahun 2007, TB Paru BTA (+) yang ditmukan sebanyak 17, diobati 16 orang belum ada yang sembuh. Beberapa literatur mengemukakan bahwa setiap 1 penderita TB Paru BTA (+) akan menulari 1-15 orang yang tidak menderita TB Paru sebelumnya. Kasus penyebaran TB Paru BTA (+) di Puskesmas Hajimena tahun 2007 ditemukan di desa Hajimena (6 kasus), Sidosari (6 kasus) dan Pemanggilan (1 kasus).

a. Kasus Demam Berdarah Dengue

DBD adalah penyakit menular yang disebabkan virus dengue dan ditularkan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, DBD ini ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah, nyeri ulu hati, serta bintik perda-rahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah, bahkan dapat berakibat kematian. Tahun 2005, IR DBD sebesar 0.5 per 1.000 penduduk meningkat menjadi 0.6 per 1.000 penduduk tahun 2006 dan tahun 2007 menjadi 1.4 per 1.000 penduduk. Walaupun terjadi peningkatan, namun kasus kematian karena DBD dalam 3 tahun terakhir di Puskesmas Hajimena tidak ada.

Kasus DBD tahun 2007 hampir ditemukan pada semua golongan umur, tertinggi kelompok umur 15-59 tahun (36 kasus) , umur 5-14 tahun (17 kasus), umur 1-4 tahun (1 kasus). Sementera itu pada kelompok umur <> 60 tahun tidak dutemukan adanya kasus DBD.

Berdasarkan waktu, kasus DBD di Puskesmas Hajimena tahun 2007 menurun. Tertinggi kasus DBD tersebut dilaporkan pada bulan Pebruari (22 kasus) dan terendah dilaporkan bulan Juli, September. Sementara itu, pada bulan Juni, Agustus, Oktober dan Desember tidak ditemukan dan dilaporkan adanya kasus BDB. Tampak bahwa penyebaran kasus DBD di Puskesmas Hajimena tahun 2007 dilaporkan ditemukan di 5 desa. Tertinggi kasus DBB ini ditemukan di desa Hajimena (22 kasus), diikuti Pemanggilan (15 kasus), Muara Putih (11 kasus), Tanjung Sari (3 kasus) dan Krawang Sari (1 kasus).

b. Kasus Diare

Tampak bahwa IR Diare dimulai tahun 2005 sebesar 17.05 per 1000 penduduk meningkat menjadi 20.7 per 1000 penduduk pada tahun 2006 dan meningkat kembali menjadi 24.8 per 1000 penduduk tahun 2007. Walaupun terjadi peningkatan, tidak ditemukan kasus kematian karena Diare (Case Fatality Rate/CFR).

Kasus Diare di Puskesmas Hajimena tahun 2007, tertinggi pada kelompok umur > 5 tahun, diikuti kelompok umur 1-4 tahun, umur < style=""> tahun.

Tampak bahwa penyebaran kasus per bulan di Puskesmas Hajimena tahun 2007 dilaporkan merata setiap bulannya. Tertinggi kasus diare dilaporkan pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Desember. Tampak bahwa penyebaran kasus Diare di Puskesmas Hajimena tahun 2007 dilaporkan ditemukan di 6 desa. Tertinggi kasus Diare ditemukan di desa Tanjung Sari (210 kasus), diikuti Hajimena (185 kasus), Pemanggilan (185 kasus), Sidosari (161 kasus), Muara Putih (146 kasus) dan Krawang sari (69 kasus).

c. Kasus Kusta

Dalam periode waktu 2005-2007, kasus penyakit Kusta di Puskesmas Hajimena hanya ditemukan pada tahun 2007 di desa Muara Putih sebanyak 1 kasus pada kelompok umur 45-55 tahun.

d. Kasus Malaria

Penyakit Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan parasit jenis Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan nyamuk genus Anopheles, juga penyakit ini dapat berakibat kematian. Di Puskesmas Hajimena, hanya kasus Malaria Klinis yang ditemukan periode tahun 2005-2007. Morbiditas penduduk karena Malaria Klinis selama 3 tahun tersebut sebanyak 186 kasus.

Di mulai pada tahun 2005, kasus Malaria Klinis di Puskesmas Hajimena ada 59 kasus meningkat tahun 2006 menjadi 73 kasus dan tahun 2007 menurun menjadi 54 kasus. Angka kematian karena kasus Malaria Klinis periode tahun 2005-2007 tidak ditemukan. Pada tahun 2007, Kasus Malaria Klinis dilaporkan pada kelompok umur 10-14 tahun (1 kasus), umur 15-19 tahun (31 kasus), umur 55-59 tahun (12 kasus), umur 55-59 tahun (3 kasus).

Tampak bahwa kasus kasus Malaria Klinis ini dilaporkan kasunya setiap bulan dan kecenderungan berfluktuatif menunun. Tertinggi kasus Malaria Klinis dilaporkan pada bulan September dan terendah dilaporkan pada bulan Maret. Sebanyak 6 (enam) desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Hajimena selama tahun 2007, melaporkan kasus Malaria Klinis. Tertinggi dilaporkan di desa Sidosari (23 kasus), diikuti Hajimena (14 kasus), Pemanggilan (8 kasus), Tanjung Sari (7 kasus) dan Krawang sari (2 kasus). Sementara itu, di desa Muara Putih pada tahun 2007 tidak ditemukan kasus Malaria Klinis.

e. Kasus Campak

Penyakit isebabkan Measles virus (genus Morbilivirus dan famili Paramyxovi-ridae). Penyebarannya lewat percikan ludah penderita/adanya kontak dengan sekret hidung dan tenggorokan. Masa inkubasi 10 hari (8-13 hari). Gejalanya demam, konjungti-vitis, batuk pilek dan koplik spot (bercak putih di dinding mukosa mulut), rash (bercak merah) tampak hari 3-7 dimulai dari wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh

Jumlah kasus penyakit Campak di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 sebanyak 27 kasus. Tahun 2005 kasus Campak 7 kasus (IR=0.19) menurun menjadi 5 kasus (IR=0.13) tahun 2006 dan meningkat kembali menjadi 15 kasus (IR=0.4) tahun 2007. Berdasarkan kelompok umur, tertingi pada kelompok umur 5-9 tahun ( 7 kasus), diikuti kelompok umur <>

Menurut waktu, kasus Campak hanya ditemukan dan dilapokan kejadiannya pada bulan Januari (2 kasus), Penruari (2 kasus), Maret (4 kasus), April (3 kasus), Juni (1 kasus), Juli (1 Kasus) dan September (2 kasus). Tampak bahwa pada tahun 2007, hanya desa Krawang Sari yang tidak melapor-kan adanya kasus Campak. Tertinggi kasus Campak dilaporkan desa Pemanggilan (7 kasus), diikuti desa Tanjung Sari (3 kasus), Sidosari (3 kasus), Muara Putih (1 kasus) dan Hajimena (1 kasus).

B. STATUS GIZI

1. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks BB/U.

Gambar 5.18 menunjukkan bahwa tahun 2007 kasus Gizi Buruk pada kelompok bayi di Puskesmas Hajimena tidak ditemukan. Namun untuk kelompok Anak Balita pada tahun 2007 terdapat kasus Gizi Buruk sebanyak 5 kasus yang ditemukan di desa Sidosari (2 kasus), Krawang Saer (2 kasus) dan Tanjung Sari (1 kasus).

2. Status Gizi Ibu Hamil

Kasus ibu hamil dengan Kurang Energi Kalori (KEK) di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 menunjukkan kecenderungan fluktuatif naik dan turun, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

Tampak bahwa tahun 2005 jumlah bumil dengan KEK 37 kasus atau sekitar 38% dari total ibu hamil meningkat menjadi 65 kasus (6.6%) tahun 2006 dan menurun kembali menjadi 41 kasus (4.0%) tahun 2007. Kasus bumil KEK ini ditemukan di ke-6 desa yang ada di Puskesmas Hajimena. Dalam 3 tahun kasus KEK Bumil tertinggi di desa Hajimena (12 kasus) dan Tanjung Sari (12 kasus). Selanjutnya kasus Bumil KEK ini dilaporkan di desa Krawang Sari (7 kasus), Pemanggilan (1 kasus), Muara Putih (1 kasus) dan Sidosari (1 kasus).

3. Anemia Gizi Bumil

Anemia dapat diderita semua kelompok usia, mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, hingga lansia. Namun, yang paling rentan dan paling memprihatinkan adalah bumil dan balita. Bumil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuh-kan untuk metabolisme besi yang normal. Pada bumil yang kekurangan zat besi dan tidak segera diatasi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, dan anemia pada bayi yang dilahirkan.

Tampak bahwa pada tahun 2005 jumlah ibu hamil dengan Anemi sebanyak 18 kasus atau sekitar 1.9% dari total ibu hamil meningkat menjadi 8 kasus (0.8%) tahun 2006 dan menurun kembali tahun 2007 menjadi 16 kasus (1.6%). Kasus bumil dengan Anemia di Puskesmas Hajimena tahun 2007 dilaporkan di desa Hajimena ( 2 kasus), desa Krawangsari (3 kasus), desa Muara Putih ( 2 kasus), desa Pemanggilan (3 kasus), desa Sidosari (2 kasus), dan desa Tanjungsari (4 kasus).

2.2 ANALISIS FAKTOR DETERMINAN

A. MANAJEMEN KESEHATAN

1. Perencanaan

Pada pelaporan tingkat puskesmas, Puskesmas Hajimena telah membuat Rencana Tingkat Puskesmas tahun 2007 yang akan digunakan sebagai acuan untuk membuat Perencanaan Tahunan. Walaupun telah dibuat suatu peren-canaan untuk menentukan rencana tahunan, masih sering ditemui berbagai kendala disaat akan mengimplementasikan kedalam kegiatan. Hal ini dimungkinkan karena masih lemahnya Sistem Informatika yang akan berpengaruh pada Kesehatan masyarakat, sehingga masih diperlukannya Perencanaan yang bersifat dari bawah ke atas (bottom Up).

2. Loka Karya Mini

Masalah kesehatan yang timbul harus dicari solusi pemecahan masalah-nya. Untuk itu Puskesmas Hajimena telah melaksanakan kegiatan berupa Loka karya Mini tingkat Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh staff puskesmas termasuk Pustu dan Bidan desa.

Pada tahun 2007 telah dilaksanakan kegiatan Lokmin sebanyak 8 kali, sehingga masih perlu peningkatan kuantitas pertemuan Lokmin untuk membahas permasalahan kesehatan ditahun 2008.

3. Monitoring Dan Evaluasi Program Puskesmas

Tercapainya Program Kesehatan di Puskesmas Hajimena haruslah selalu dipantau dengan melaksanakan kegiatan Lokmin tiap bulan guna memantau hasil kegiatan Program, yang kemudian akan dibandingkan dengan SPM Kabupaten. Merumuskan masalah untuk diidentifikasikan dan Klasifikasikan permasalahan kesehatan perprogram dan dicari pemecahannya. Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan hasil cakupan kegiatan program kesehatan akan selalu terpantau sehingga akan “Tercapainya Masyarakat Hajimena Sehat dan Mandiri”.

B. ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN

1. Lingkungan Fisik

Kondisi fisik sebagian besar wilayah Puskesmas Hajimena adalah bebatuan, dan dengan luas wilayah yang tidak beraturan (54,70 KM2), menyebabkan sulitnya jangkauan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dari Puskes-mas Hajimena. Masyarakat lebih mudah menjangkau Puskesmas terdekat (Puskesmas Natar) untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi diri dan keluarganya.

2. Lingkungan Biologi

a. Penyehatan Air

Sumber air minum dibedakan menjadi 2 jenis sumber yakni sumber air ter-lindung dan tidak terlindung. Sumber air yang termasuk kategori terlin-dung (jenis sarana yang memenuhi syarat kesehatan) adalah air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. Berdasarkan data pengelola Penyehatan Lingkungan Puskesmas Hajimena diperoleh bahwa 72,9% rumah tangga telah menggunakan sumber air terlindungi.

Tampak bahwa sumber air minimum yang banyak digunakan rumah tangga di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 bersumber dari Sumur Gali (SGL), Ledeng dan SPT. Tertinggi penggunaan sumber air terlindung berada di desa Hajimena (1983 rumah tangga) dan terendah di desa Sidosari (442 rumah tangga).

b. Jamban

Berdasarkan data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Hajimena tahun 2007 diperoleh bahwa dari 7.392 rumah tangga sekitar 67.2%-nya memiliki jamban keluarga sebagai sarana tempat buang air besar. Tertinggi kepemi-likan jamban keluarga terdapat di desa Hajimena (86.9%) dan terendah di desa Sidosari (52.6%).

Kemudian berdasarkan data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Hajimena tahun 2007, diperoleh bahwa sebanyak 57,0% telah menggunakan jenis leher angsa dan sebanyak 8% menggunakan Jamban Cemplung sebagai tempat Buang Air Besar. Penggunan jamban jenis leher angsa ini berada di desa Hajimena (80%), Sidosari (37%), Pemanggilan (39%), Muara Putih (52%), Krawang Sari (53%) dan Tanjung Sari (57%). Sedangkan penggunaan jamban cemplung tertinggi di desa Sidosari (12%), Krawang Sari (11%), Muara Putih (8%), Tanjung Sari (7%), Hajimena (6%) dan Pemanggilan (5%).

c. Limbah Rumah Tangga

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan salah satu persyaratan rumah sehat dimana SPAL yang baik adalah yang tertutup. Dari data Penye-hatan Lingkungan Puskesmas Hajimena diperoleh dari 7.392 rumah tangga sekitar 25% menggunakan saluran tertutup, 45,5% menggunakan saluran terbuka dan 29,4% tanpa saluran. Dengan demikian masih banyak di Puskesmas Hajimena rumah tangga dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

d. Pembuangan Sampah

Berdasarkan data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Hajimena diperoleh dari 7.392 rumah tangga sekitar 58.1% rumah tangga di Puskesmas Hajimena masih mempunyai kebiasaan membakar sampah, 23.5% sampah diangkut petugas, 10.5% ditimbun, 20.5% dibuat kompos 5.9% dibuang ke kali.

e. Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Sejalan dengan ber-tambahnya penduduk semakin banyak pula rumah hunian yang harus di bangun dan makin tinggi keberhasilan pembangunan ekonomi yang dicapai akan meningkatkan kualitas rumah tersebut. Tingkat kesehatan rumah dan lingkungan antara lain tercermin dari banyaknya rumah tangga yang telah melaksanakan paling sedikit 7 dari 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Secara keseluruhan jumlah Rumah Tangga di Puskesmas Hajimena tahun 2007 ada 7.392 rumah. Dari seluruh jumlah rumah yang ada telah diperiksa 7.392 rumah. Hasil pemeriksaan dari rumah diketahui bahwa rumah yang sehat adalah sebesar 72.9%. Angka ini telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal dan juga Standar Nasional (65%).

f. Tempat-Tempat Umum (TTU)

TTU adalah suatu tempat yang dimanfaatkan masyarakat umum seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, depot air isi ulang, bioskop, jasa boga, tempat wisata, kolom renang, tempat ibadah, restoran, dan lain-lain. TTU yang memenuhi syarat adalah terpenuhinya akses sanitasi dasar (air, jam-ban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, hygiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, per-syaratan dan atau standar kesehatan. Secara keseluruhan TTU di Puskes-mas Hajimena tahun 2007 yang sehat 68.0%, dimana angka ini lebih tinggi dari angka target (50%). Desa Krawang Sari (75.0%) mempunyai angka tertinggi bila dibandingan dengan desa lainnya.

3. Lingkungan Sosial Ekonomi

a. Depdency Ratio

Depedency ratio atau beban tanggungan di Puskesmas Hajimena Tahun 2007 sebesar 79.28. Angka ini diperoleh dengan membandingan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan penduduk usia produktif (kelompok umur 15-44 tahun dan umur 45-64 tahun). Selain itu, angka tersebut memberikan gambaran bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Puskesmas Hajimena harus menanggung beban 79-80 penduduk usia tidak produktif.

Depedency ratio menurut desa, tertinggi di desa Sidosari (97.3), diikuti desa Muara Putih (95.0), Krawang Sari (93.4), Pemanggilan (86.1), Tanjung Sari (68.3) dan Hajimena (61.1).

b. Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk di wilayah Puskesmas Hajimena memiliki mata pencaharian sebagai Petani (38 %), PNS (5 %), buruh (43%), Dagang (5 %), dan Swasta (9 %). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Sumber : BPS Kecamatan Natar Kab. Lampung Selatan

C. ANALISIS PERILAKU KESEHATAN

1. Rumah Tangga Ber-PHBS

Program terpadu untuk mengetahui prilaku masyarakat tentang kesehatan adalah Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat, dimana program ini pendekatannya lebih ditik beratkan pada penilaian terhadap indikator perilaku di tatanan rumah tangga. Pada tahun 2007, jumlah rumah tangga di Puskesmas Hajimena yang telah melaksanakan pembinaan ber-Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dari 8.015 Rumah Tangga (KK) dan yang Ber-BHBS adalah 2.283 KK (28.5%), dimana angka PHBS ini belum memenuhi target Standar Pelayanan ( 50 %).

2. Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk

Secara keseluruhan Rumah/bangunan di Puskesmas Hajimena tahun 2007 yang bebas jentik nyamuk mencapai 86.61%. Tertinggi rumah/bangunan bebas jentik nyamuk di desa Sidosari dan terendah di desa Pemanggilan.

3. Posyandu Purnama dan Mandiri

Pembinaan UKBM juga dilakukan pada UKBM jenis Posyandu tingkat/ strata posyandu yang telah dicapai menentukan juga keberhasilan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan. Posyandu yang terdapat di Puskesmas Hajimena tahun 2007 berjumlah 34 Posyandu. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri di Puskesmas Hajimena Tahun 2007 ini masih 0%.

4. ASI Ekslusive

ASI diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik, aspek kecerdasan, aspek neurologik, aspek ekonomik maupun aspek penundaan kehamilan. ASI juga dapat melindungi bayi dari sindroma kematian mendadak (Sudden Infant Death Syndrome). Di Puskesmas Hajimena dari seluruh bayi yang ada yaitu jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 275 (59.6%). Dari target tahun 2007 sebesar 65%, maka pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Hajimena belum mencapai target.

5. Pembiayaan Kesehatan Bersumber Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja, JPKM dan asuransi kesehatan lainnya, termasuk kartu sehat untuk penduduk miskin. Diperoleh bahwa dari 6 jenis peserta jaminan kesehatan pra bayar (Askes, Bapel & Pra Bapel JPKM, Jamsostek, Kartu Sehat, Dana Sehat, dan Askeskin), di Puskesmas Hajimena hanya Askes dan Askeskin yang berkembang. Dari jumlah penduduk 38.483 jiwa, sekitar 3.04% yang menjadi peserta Askes dan 41% Askeskin.

D. ANALISIS KEPENDUDUKAN

1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data BPS Kabupaten Lampung Selatan, jumlah penduduk di Puskesmas Hajimena tahun 2007 tercatat 38.483 jiwa atau sekitar 6.35 % total penduduk Kecamatan Natar atau sekitar 3.1 % total penduduk kabupaten (1.254.244 jiwa). Jumlah penduduk di Puskesmas Hajimena tersebut lebih tinggi sekitar 4.6 % dibandingkan penduduk tahun 2005 dan sekitar 2.4 % penduduk tahun 2006.

2. Kepadatan Penduduk

Peningkatan kepadatan penduduk di Puskesmas Hajimena setiap tahunnya meningkat, dimana dari 671 jiwa per Km2 pada tahun 2005 meningkat menjadi 687 jiwa per Km2 pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 703.5 jiwa per Km2 pada tahun 2007. Tampak bahwa dibandingkan dengan luas wilayahnya 54.70 KM2, kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2007 adalah desa Pemanggilan yang memiliki luas wilayah 5.56 KM2 dan kepadatan penduduk terendah adalah desa Krawangsari yang memiliki luas wilayah 10.62 KM2.

3. Komposisi Penduduk

Dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 dapat dikatakan masuk kategori struktur penduduk muda. Hal ini dikarenakan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hajimena tersebut masih banyak pada kelompok umur kurang dari 1 tahun, umur 1-4 tahun dan umur 5-14 tahun. Sebagai gambaran dapat dilihat pada komposisi penduduk tahun 2007 di bawah ini.

Kondisi tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan komposisi penduduk menurut penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dimana penduduk usia muda masih cukup tinggi. Bila dilihat menurut desa, tampaknya desa Tanjung Sari yang memiliki penduduk usia muda tertinggi di Puskesmas Hajimena untuk tahun 2007, diiikuti desa Hajimena, Pemanggilan, Muara Putih, Krawang Sari dan Sidosari.

4. Sex Ratio Penduduk

Rasio jenis kelamin ini membandingkan antara penduduk laki-laki dengan perempuan mana yang lebih banyak. Di wilayah Puskesmas Hajimena pada tahun 2007, berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin adalah 108.3. Angka ini memberikan gambaran bahwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hajimena lebih banyak penduduk perempuan dibandikan penduduk laki-laki. Kondisi ini tidak jauh berbeda bila dikihat rasio jenis kelamin menurut desa.

E. ANAlisis SUMBER DAYA KESEHATAN

1. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan kepemilikan pemerintah yang terdapat di wilayah Pus-kesmas Hajimena tahun 2007 berupa Gedung Puskesmas Induk (1 unit), Gudang Farmasi (1 unit), Puskesmas Pembantu (3 unit), Puskesmas Keliling (1 unit), kendaraan roda 2 (7 motor : 5 motor baik dan 2 motor rusak).

Sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta di Puskesmas Hajimena pada tahun 2007 antara lain Balai Pengobatan/RB 23 buah dan Toko Obat/Toko Jamu/Toko Kosmetik 121 buah. Sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2005 dan tahun 2007.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, berbagai upaya dilaku-kan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Beberapa pelayanan kesehatan berbasis masyarkat yang terdapat di Puskesmas Hajimena tahun 2007 antara lain Polindes (2 buah) yang terdapat di Krawang Sari dan Muara Putih, Posyandu Balita (34 buah) dengan jumlah kader 170 orang, Posyandu Lansia (15 buah), TOGA 199 buah dan Pengobatan Tradisional 166 buah. Jumlah pelayanan kesehatan berbasis masyarakat tersebut, tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2005 dan tahun 2006.

2. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga yang bekerja di Puskesmas Hajimena tahun 2007 sebanyak 39 orang. Kalau dibandingkan dengan kondisi tenaga pada tahun 2005 dan tahun 2006, maka pada tahun 2005 tenaga yang ada sebanyak 00 orang dan tahun 2006 sebanyak 00 orang. Bila dilhat dari kategori tenaga pada tahun 2007 yang ada, terdiri dari Dokter Umum (1 orang), Dokter Gigi (1 orang) , Sarjana Kesehatan (3 orang), Perawat (11 orang), Bidan (14 orang), Sanitarian (3 orang), Farmasi (1 orang), Gizi (1 orang), Perawat Gigi (1 orang) dan Non Kesehatan (3 orang).

3. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Hajimena diperoleh dari sumber keuangan yang berbeda. Total pembiayaan kesehatan periode tahun 2005-2007 di Puskesmas Hajimena menunjukkan kecenderungan menurun.

TABEL 2.2 PEMBIAYAAN KESEHATAN DI PUSKESMAS HAJIMENA TAHUN 2005-2007

SUMBER BIAYA

TAHUN 2005

TAHUN 2006

TAHUN 2007

RUPIAH

%

RUPIAH

%

RUPIAH

%

APBN

28.000.000,-

90.2

42.395.000,-

23.9

27.980.000,-

21.6

ASKESKIN

0

0

93.324.712,-

52.8

89.723.000,-

69.4

DEKON

0

0

35.645.000,-

20.1

8.120.000.-

6.3

RETRIBUSI

3.00.000,-

9.8

3.500.000,-

3.2

3.500.000,-

9.0


31.000.000,-

100

176.864.712,-

100

129.323.000,-

100

Sumber : Keuangan – Bendahara DAU & Askeskin Peukesmas Hajimena

Tampak bahwa pembiayaan kesehatan di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 tertinggi bersumber dari Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin) sekitar 69.4% dari total pembiayaan kesehatan ( 2007 ), diikuti sumber dana dari APBN (21.6%), Dekon (6.3%) dan Retribusi (9%).

4. Ketersediaan Obat

Obat mempunyai peranan penting dalam upaya pelayanan kesehatan. Diantara berbagai alternatif yang ada, intervensi dengan obat merupakan intervensi yang banyak digunakan dan merupakan teknologi yang tepat dan murah.

Tabel 2.3 10 besar Pemakaian Obat ( Obat Essensial Tertentu )

Di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2007

NO.

PEMAKAIAN OBAT

JUMLAH

Sisa th lalu

Penerimaan

Pemakaian

1.

Paracetamol

3328

66.000

57.025

2.

CTM

5500

45.000

44.364

3.

GG

3438

46.000

39.210

4.

Antasida

8049

39.000

37.358

5.

Thiamin ( B1 )

2379

41.000

32.299

6.

Kalsium

5374

41.000

31.268

7.

Amoxicillin 500 mg

0

25.000

21.716

8.

Amoxicillin 250 mg

1834

21.360

20.642

9.

Ibuprofen

1732

10.000

11.874

10.

Cotry 480 mg

773

11.000

11.729

JUMLAH

32407

299.360

307.485

Sumber : Farmasi, Puskesmas Hajimena

5. Peralatan Kesehatan

Peralatan Kesehatan adalah bahan, instrumen, apartus serta implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan mempengaruhi fungsi tubuh.

TABEL 2.4 KONDISI PERALATAN KESEHATAN YANG TERDAPAT

DI PUSKESMAS HAJIMENA PADA TAHUN 2007

NO

PERALATAN KESEHATAN

JUMLAH

KONDISI

BUTUH

BAIK

RUSAK

I.

Medis





1.

Diagnostok set






*. Puskesmas set

1

0

0

1


*. Pustu set

2

1

1

3

2.

Peralatan untuk kesehatan gigi






*. Dental Unit

1

1

0

0


*. Perawat gigi set

0

0

0

1

3.

Peralatan lab. Set

0

0

0

1

4.

Peralatan untuk tindakan medis set






*. Bidan kit

4

4

0

2

5.

KIA Set

1

0

1

4

6.

Pusling






*. Roda Empat

1

0

0

0


*. Roda dua

7

0

2

3







II.

Peralatan Non Medis





1.

Cold chain

1

1

0

1

2.

Sanitarian Kit

0

0

0

4

3.

Swing Fog.

0

0

0

1







Sumber :Inventaris Brg , Puskesmas Hajimena

F. ANAlisis PROGRAM DAN PELAYANAN KESEHATAN

1. Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

a. Cakupan Kunjungan Bumil K1 dan K4

Bumil merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap berbagai kemungkinan timbulnya masalah kesehatan. Karena itu, pemeriksaan terhadap kelompok bumil ini perlu dilakukan terus menerus.

Tampak bila dibandingkan dengan target, maka kunjungan Bumil K1 di Puskesmas Hajimena tahun 2005 dan tahun 2007 sudah mencapai target. Namun tahun 2006, tampaknya masih dibawah target. Cakupan kunjungan bumil K1 ini merupakan gambaran besaran bumil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pada tahun 2005 cakupan kunjungan bumil K1 per desa sudah mencapai target. Berbeda dengan keadaan tahun 2006, terdapat 4 desa (Muara Putih, Krawang Sari, Sidosari, Tanjung Sari dibawah target dan 2 desa (Hajimena, Pemanggilan) diatas target. Untuk tahun 2007, terdapat 2 desa (Sidosari, Pemanggilan) dibawah target dan 4 desa (Krawang Sari, Hajimena, Muara Putih, Tanjung Sari) diatas target.

Sementara itu, rata-rata cakupan kunjungan bumil K4 periode tahun 2005-2007, kondisinya tidak jauh berbeda dengan pencapaian cakupan kunjungan bumil K1. Cakupan kunjungan bumil K4 ini menggambarkan besaran bumil yang telah mendapatkan pelayanan bumil sesuai  dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, yakni sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa cakupan kunjungan bumil K4 per desa pada tahun 2005 sudah mencapai target. Berbeda dengan tahun 2006,  terdapat 3 desa (Sidosari, Muara Putih, Krawang Sari) dibawah target dan 3 desa lainnya (Hajimena, Pemanggilan, Tanjung Sari) sudah di atas target. Untuk tahun 2007, terdapat 3 desa (Sidosari, Pemanggilan, Krawang Sari) masih dibawah target sedangkan 3 desa lainnya (Hajimena, Tanjung Sari, Muara Putih) sudah di atas target.  

b. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang dirujuk

Tidak semua ibu yang sedang hamil memiliki kesehatannya selalu dalam kondisi yang baik. Beberapa ibu yang sedang hamil ini memiliki risiko tinggi atau komplikasi di dalam kehamilannya. Hasil deteksi bumil resiko tinggi di Pukesmas Hajimena periode tahun 2005-2006 diperoleh bahwa pada tahun 2005 ditemukan 49 bumil atau 5.1% dari total bumil (000 bumil) memiliki resiko tinggi kehamilan. Kemudian tahun 2006 ditemukan 48 bumil (4.8%) dan tahun 2007 30 bumil (2.9%) yang memiliki resiko tinggi. Kasus bumil dengan risiko tinggi tersebut, seluruhnya (100%) sudah ditangani dan dirujuk.

Bila hasil deteksi dini bumil resiko tinggi dilihat per desa selama 3 tahun, maka tertinggi di desa Sidosari (33 bumil), Pemanggilan (23 bumil), Hajimena (19 bumil), Tanjung Sari (19 bumil), Krawang Sari (17bumil) dan Muara Putih (15 bumil)

c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)

Komplikasi kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh Nakes yang mempunyai kompetensi kebidanan.

Tampak bahwa rata-rata cakupan pertologan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Hajimena selama tahun 2005-2007 sudah di atas target. Hasil anlisis lebih lanjut diperoleh bahwa pada tahun 2005 cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes per desa sudah mencapai target yang ditentukan. Tertinggi berada di desa Hajimena (94.3%) dan terendah di desa Krawang Sari (78.4%). Berbeda dengan keadaan tahun 2006, terdapat 2 desa (Muara Putih, Krawang Sari) dibawah target dan 4 desa lainnya (Hajimena, Sidosari, Pemanggilan, Tanjung Sari) sudah di atas target. Untuk tahun 2007, terdapat 1 desa (Muara Putih) masih dibawah target dan 5 desa lainnya (Hajimena, Tanjung Sari, Pemanggilan, Krawang Sari, Sidosari) sudah di atas target.

Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 memberikan toleransi pertolongan persalinan oleh dukun bayi terlatih sebesar 10%. Tampak bahawa cakupan persalinan ditolong dukun bayi terlatih tahun 2005 dan tahun 2007 dibawah target. Namun tahun 2006, cakupan persalinan oleh dukun bayi terlatih di atas target. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa tahun 2005 terdapat 4 desa (Krawang Sari, Sidosari, Muara Putih, Tanjung Sari) yang tertinggi persalinannya oleh dukun bayi terlatih. Kemudian tahun 2006 dan tahun 2007, hanya di desa Muara Putih yang persalinannya masih banyak dilakukan dukun bayi terlatih.

Dari data yang dikumpulpkan, diperoleh bahwa selama 3 tahun di Puskesmas Hajimena dilaporkan tahun 2005 terdapat 1 bulin di desa Sidosari meninggal dan tahun 2006 dilaporkan 2 bulin meninggal di desa Pemanggilan dan Tanjung Sari. Juga diperoleh bahwa ditemukan 12 kasus lahir mati yakni tahun 2005 ditemukan 8 kasus di desa Hajimena (4 kasus), Sidosari (1 kasus), Pemanggilan (1 kasus) dan Tanjung Sari (2 kasus). Kemudian tahun 2006, terdapat 5 kasus lahir mati yang ditemukan di desa Hajimena (1 kasus), Pemanggilan (1 kasus), Muara Putih (1 kasus), Krawang Sari (1 kasus) dan Tanjung Sari (1 kasus). Untuk tahun 2007, kasus lahir mati tidak ditemukan.

d. Cakupan Kunjungan Neonatus

Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus (bayi 0-28 hari) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standard minimal 2 kali di sarana pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah.

Tampak bahwa cakupan kunjungan Neonatus di Puskesmas Hajimena tahun 2005-2007 sudah di atas target. Hal ini berarti bahwa ibu bersalin (keluarga bayi neonatus) sudah memeriksakan bayinya ke sarana pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan cukup pro-aktif mengujungi bayi neonatus. Rendahnya kunjungan neonatus juga menggambarkan bahwa resiko kematian bayi masih cukup besar karena pada masa neonatal adalah masa kritis bagi bayi. Bila dilihat per desa, diperoleh bahwa seluruhnya baik pada tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 cakupan kunjungan Neonatus sudah mencapai target. Cakupan kunjungan Neonatus tertinggi tahun 2005 di desa Sidosari dan Pemanggilan, tahun 2006 di desa Sidosari, tahun 2007 di desa Hajimena, Muara Putih, Tanjung Sari, Krawang Sari masing-masing 100%. Kemudian terendah pada tahun 2005 Muara Putih, tahun 2006 Muara Putih (94.6%) tahun 2007 di desa Pemanggilan (95.6%)

e. Cakupan Kunjungan Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi (umur 1-12 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standard paling sedikit 4 kali, yaitu satu kali pada umur 1-3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan dan satu kali pada umur 9-12 bulan, di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu, dll melalui kunjungan petugas kesehatan.
Tampak bahwa rata-rata cakupan kunjungan bayi di Puskesmas Hajimena tahun 2005-2007 sudah di atas target yang ditentukan. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelayann bayi di sarana pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah telah berkalan cukup baik. Bila dilihat per desa, baik pada tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 juga sudah mencapai target yang ditentukan.  

f. Cakupan Bayi dengan Berat Lahir Rendah yang ditangani (belum)

Cakupan penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat lahir <>

6. Upaya Pelayanan Kesehatan Anak Prasekolah dan Usia Sekolah

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah/sederajat, serta pelayanan kesehatan remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan Puskesmas Hajimena tahun 2005-2007 diperoleh menunjukkan :

§ Pada tahun 2005 sebesar 64.2% dari 1.982 anak prasekolah yang diperiksa dan dalam kondisi sehat. Kemudian tahun 2006 sebesar 20.5% dari 3.520 anak prasekolah yang diperiksa dan dalam kondisi sehat. Untuk tahun 2007 sebesar 59.3% dari 3.604 anak pra sekolah yang diperiksa dan dalam kondisi sehat.

§ Pada tahun 2005 sebesar 26.4% dari siwa SD/sederjat yang diperiksa dan dalam kondisi sehat. Kemudian tahun 2006 sebesar 71.0% dari 1.691 Siswa SD/sederajat yang diperiksa dan dalam kondisi sehat. Untuk tahun 2007 sebesar 100% daru 307 siswa SD/Sederajat yang diperiksa dan dalam kondisi sehat.

§ Pada tahun 2005 tidak dilakukan pemeriksaan terhadap siwa SM/SMU/ sederajat. Kemudian tahun 2006 sebesar 75.0% dari 746 Siswa SMP/SMU/ sederajat yang diperiksa dan dalam kondisi sehat. Untuk tahun 2007 tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap siswa SMP/SMU/Sederajat.

7. Pelayanan Keluarga Berencana

Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran dalam menyelenggarakan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Dalam 3 tahun terakhir, seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah PUS di Puskesmas Hajimena memiliki kecenderungan meningkat, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

Tampak bahwa cakupan peserta Aktif KB pada tahun 2005 sebesar 67.4% meningkat tahun 2006 menjadi 75.0% dan tahun 2007 menjadi 82.3%. Bila cakupan tersebut dibandingkan dengan target, tampaknya untuk cakupan peserta Aktif KB tersebut sudah mencapai target. Tahun 2005 target yang harus dicapai sebesar 63%, tahun 2006 sebesar 65% dan tahun 2007 sebesar 67%.

Tampak bahwa selama 3 tahun peserta aktif KB dengan suntik lebih banyak dibandingkan dengan jenis kontrasepsi Pil, Kondom, Implant dan IUD. Dari catatan pengelola palayan KB, tidak ditemukan adanya peserta akseptor KB aktif dengan komplikasi atau mengalami kegagalan.

8. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan Balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulannya.

Tampak bahwa balita yang ditimbang (D/S) di Puskesmas Hajimena periode tahun 2005 dan tahun 2007 dibawah target. Namun tahun 2006 balita yang ditimbang sudah mencapai target. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa tahun 2005 terdapat 4 desa (Tanjung Sari, Krawang Sari, Pemanggilan, Sidosari) dan 2 desa lainnya (Hajimena, Muara Putih) masih dibawah target. Berbeda dengan keadaan tahun 2006, per desa sudah di atas target. Tertinggi di desa Hajimena (66.0%) dan terendah di desa Muara Putih (61.0%). Untuk tahun 2007 terdapat 2 desa (Sidosari, Krawang Sari) yang balita ditimbang di atas target dan 4 desa (Hajimena, Muara Putih, Pemanggilan, Tanjung Sari) masih dibawah target.

Tampak bahwa balita yang naik berat badanya setelah ditimbang dalam 3 tahun menurun. Bila dibandingkan dengan target, tampaknya balita yang naik berat badannya sudah mencapai target yang ditentukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa balita yang naik berat badannya per desa sudah mencapai target. Tahun 2005 tertinggi di desa Muara Putih (91.0%) serta terendah di desa Sidosari (84%) dan Pemanggilan (84%). Kemudian tahun 2006 tertinggi di desa Tanjung Sari (91.7%) dan terendah di desa Krawang Sari (87.0%). Untuk tahun 2007 tertinggi di desa Sidosari (83.1%) dan terendah di desa Krawang Sari (79.4%). Walaupun balita yang naik berat badannya sudah mencapai target, namun masih ditemukan balita bawah garis merah (BGM), seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.

Puskesmas Hajimena periode tahun 2005-2007 memberikan toleransi Balita Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 15%. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa selama 3 tahun Balita BGM dibawah target yang ditentukan (Gambar 00). Hasil analisis lebih lanjut diperoleh balita BGM per desa tidak melebih target. Tahun 2005 tertinggi di desa Krawang Sari (7.0%) dan terendah di desa Muara Putih (2.0%). Tahun 2006 tertinggi di desa Krawang Sari (9.9%) dan terendah di desa Muara Putih (3.2%). Tahun 2007 tertinggi di desa Pemanggilan (10.0%) dan terendah di desa Muara Putih (3.1%).

9. Pelayanan Gizi

a. Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan

Pada tahun 2005 dilaporkan bahwa di Puskesmas Hajimena dilaporkan kasus Gizi Buruk sebanyak 5 balita yang ditemukan di desa Hajimena (1 kasus), Sidosari (1 kasus), Krawang Sari (2 kasus) dan Tanjung Sari (1 kasus). Kemudian tahun 2006 terdapat 6 kasus Gizi Buruk yang ditemukan di desa Pemanggilan (2 kasus), Hajimena, Sidosari, Krawang Sari dan Tanjung Sari masing-masing 1 kasus. Untuk tahun 2007 terdapat 5 kasus Gizi Buruk yang ditemukan di desa Sidosari (2 kasus), Krawang Sari (2 kasus) dan Tanjung Sari (1 kasus).

Pemulihan diperuntukkan bagi balita dalam rangka rehabilitasi kondisi/ pemulihan status gizi balita. PMT penyuluhan diberikan selama 30 hari dengan jumlah sasaran balita 177 balita dengan memberikan makanan yang mengandung gizi seimbang bagi balita.

b. Distribusi Vitamin A Dosis Tinngi Bagi Balita

Untuk mencegah kekurangan Vitamin A pada Bayi dan Balita, maka diadakan pemberian Vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suple-mentasi ini untuk menghimpun cadangan Viatamin A dalam hati sehingga tidak terjadi kekurangan Vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti kebutaan dan kematian. Untuk bayi berumur 6-11 bulan diberikan kapsul Viatamin A warna biru dosisnya 100.000 IU dan balita usia 1-5 tahun diberikan kapsul Vitamin A warna merah dosis 200.000 IU.

Tampak bahwa untuk tahun 2005 dan tahun 2007, cakupan balita mendapatkan Vitamin A Dosis Tinggi sebanyak 2 kali per tahun sudah mencapai target. Namun pada tahun 2006, tampaknya masih dibawah target. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pada tahun 2005 balita yang mendapatkan Vitamin A sudah diatas target. Kemudian tahun 2006, cakupan Vitamin A per desa dibawah target. Tertinggi di desa Sidosari (73.6%) dan terendah di desa Hajimena (69.4%). Untuk tahun 2007, cakupan Vitamin A per desa sudah mencapai target. Tertinggi di desa Sidosari (89.8%) dan terendah di desa Muara Putih (85.5%).

c. Distribusi Vitamin A Dosis Tinggi Bagi Ibu Nifas

Pemberian kapsul Vitamin A bagi Bufas memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya. Tambahan Viatamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

Tampak bahwa untuk tahun 2005 dan tahun 2007, cakupan Bufas mendapatkan Vitamin A Dosis Tinggi sebanyak 2 kali per tahun sudah melampaui target. Namun pada tahun 2006, tampaknya masih dibawah target. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pada tahun 2005 Bufas yang mendapatkan Vitamin A sudah diatas target. Kemudian tahun 2006, cakupan Vitamin A per desa dibawah target. Tertinggi di desa Sidosari (73.6%) dan terendah di desa Hajimena (69.4%). Untuk tahun 2007, cakupan Vitamin A per desa sudah mencapai target(97.6 % ).

d. Distribusi Tablet Fe Bagi Ibu Nifas

Indikator akses ibu hamil memperoleh perlindungan dari resiko menderita anemia dapat dilihat dari cakupan pemberian Fe. Sedangkan Fe3 menunjukkan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).

Tampak bahwa pemberian Tablet Fe3 tahun 2005 dan tahun 2007 sudah di atas target. Hanya tahun 2006, tampaknya masih di bawah target. Bila dilihat per desa, tahun 2005 sudah mencapai target. Tertinggi terdapat di desa Sidosari (100%) dan Pemanggilan (100%) sedangkan terendah di desa Muara Putih (88.7%). Berbeda dengan tahun 2006, terdapat 3 desa (Sidosari, Muara Putih, Krawang Sari) dibawah target dan 3 desa lainnya (Hajimena, Pemanggilan, Tanjung Sari) sudah di atas target. Untuk tahun 2007, pemberian Tablet Fe3 per desa sudah mencapai target. Tertinggi di desa Hajimena (100%) dan terendah di desa Pemanggilan (85.1%).

10. Pelayanan Imunisasi

a. Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi Tetanus (TT, Tetanus Toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tetanus. Indikator keberhasilan pelayanan Imunisai TT ini dapat dilihat dari cakupan TT-1 dan TT-2

Target pencapaian imunisasi di Puskesmas Hajimena adalah sebesar 100% baik cakupan imunisasi bumil TT1 ataupun TT2. Tampak bahwa cakupan imunisasi bumil TT1 tahun 2005 dan tahun 2007 sudah mencapai target. Hanya untuk tahun 2006, cakupan imunisasi bumil TT1 dibawah target. Bila dilihat per desa, tahun 2005 cakupan imunisasi bumil TT1 sudah mencapai target. Berbeda dengan keadaan tahun 2006, terdapat 2 desa (Hajimena, Krawang Sari) masih dibawah target SPM dan 4 desa (Muara Putih, Tanjung Sari, Sidosari, Pemanggilan) di atas target SPM. Untuk tahun 2007, cakupan imunisasi bumil TT-1 seluruhnya sudah mencapai target SPM.

Rata-rata cakupan Imunisasi Bumil TT2 periode tahun 2005-2007, kondi-sinya tidak jauh berbeda dengan pencapaian imunisasi bumil TT1. Tahun 2005 dan tahun 2007 sudah mencapai target sedangkan tahun 2006 belum mencapai target. Berbeda tahun 2006, seluruhnya dibawah target SPM, tertinggi terdapat di desa Muara Putih (94.8%) dan terendah di desa Tanjung Sari (75.6%). Kemudian tahun 2007, hanya desa Muara Putih yang mencapai target SPM dan desa lainnya (Hajimena, Krawang Sari, Sidosari, Tanjung Sari, Pemanggilan) masih dibawah target SPM.

b. Imunisasi Bayi

Imunisasi dasar lengkap ini diberikan kepada kelompok umur 0-11 bulan (bayi) yang meliputi imunisasi BCG, Imunisasi HB <>

Tampak bahwa cakupan imunisasi BCG tahun 2005 dan tahun 2006 dibawah target. Namun untuk tahun 2007, cakupan imunisasi BCG sudah mencapai target.

Bila dilihat per desa, cakupan imunisasi BCG untuk tahun 2005 terdapat 2 desa (Sidosari, Pemanggilan, Krawang Sari) sudah mencapai target dan 3 desa lainnya (Hajimena, Muara Putih, Tanjung Sari) masih di bawah target. Keadaan tahun 2006, terdapat 2 desa (Sidosari, Krawang Sari) sudah mencapai target dan 4 desa (Hajimena, Pemanggilan, Muara Putih, Tanjung Sari) dibawah target. Untuk tahun 2007, selurunya desa yang ada di Puskesmas Hajimena cakupan imunisasi BCG sudah mencapai target.

Imunisasi HB kurang dari 7 hari baru diberikan di Puskesmas Hajimena pada tahun 2007. Cakupan imunisasi HB kurang dari 7 hari ini masih rendah, yakni baru tercapai 34.9%. Tampak tertinggi di desa Muara Putih (55.87%) dan terendah di desa Krawang Sari (9.7%).

Imunisasi DPTHB inipun baru diberikan pada tahun 2007. Cakupan imunisasi DPTHB baru mencapai 98.0% dan masih dibawah target (100%). Bila menurut desa, tertinggi desa Tanjung Sari (99.5%) dan terendah di desa Sidosari (94.8%).

Tampak bahwa rata-rata cakupan imunisasi Polio 4 untuk tahun 2005 dan tahun 2007 sudah mencapai target. Berbeda dengan keadaan tahun 2006, rata-rata cakupan imunisasi Polio 4 masih dibawah target.

Bila dilihat menurut desa, pada tahun 2005 terdapat 3 desa (Hajimena, Muara Putih, Tanjung Sari) dibawah target dan 3 desa lainnya (Sidosari, Pemanggilan, Krawang Sari) sudah mencapai target. Kemudian pada tahun 2006, terdapat 4 desa (Hajimena, Pemanggilan, Muara Putih, Tanjung Sari) dibawah target dan 2 desa (Sidosari, Krawang Sari) sudah mencapai target. Untuk tahun 2007, cakupan imunisasi Polio 4 per desa sudah mencapai target.

Tampak bahwa rata-rata cakupan imunisasi Campak untuk tahun 2005 masih dibawah target. Namun 2 tahun kemudian, tahun 2006 dan tahun 2007 sudah mencapai target.

Bila dilihat menurut desa, pada tahun 2005 terdapat 1 desa (Sidosari) sudah mencapai target dan 5 desa lainnya (Hajimena, Muara Putih, Krawang Sari, Pemanggilan, Tanjung Sari) dibawah target. Kemudian pada tahun 2006 dan tahun 2007, cakupan imunisasi Campak per desa sudah mencapai target.

c. Desa Universal Child Imunitation (UCI)

UCI (Universal Child Imunization) adalah suatu kondisi dimana bayi yang ada di dalam suatu wilayah telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Untuk menentukan desa UCI ini biasanya dilihat dari cakupan Imunisasi campak dengan target 100%.

Dari Gambar 00, tampak bahwa untuk tahun 2005 hanya desa Sidosari yang masuk dalam kategori Desa UCI dan 5 desa lainnya belun dapat dikatakan Desa UCI, karena cakupan imunisasi Campak dibawah angka 100%. Untuk tahun 2006 dan tahun 2007, seluruh desa di wilayah Puskesmas Hajimena Bila cakupan imunisasi Campak di Puskesmas Hajimena dibangdingkan dengan target UCI, maka rata-rata cakupan Imunisasi Campak per tahun hanya tahun 2005 yang dapat dikatakan belum masuk kategori Desa UCI. Sementara untuk tahun 2005, hanya desa Sidosari yang masuk kategori Desa UCI dan yang lainnya tidak masuk kategori Desa UCI . Kemudian bila dikaji lebih dalam, untuk tahun 2006-2007 seluruh desa di Puskesmas Hajimena sudah dapat dikatakan kategori Desa UCI, karena sudah mencapai target UCI. Namun ada issu, bahwa dapat dikatakan masuk Kategori Desa UCI bila semua antigen seperti cakupan imunisasi BCG, HB kurang dari 7 hari, DPTHB, Polio 4 dan Campak sudah mencapai target 100%. Dengan demikian bila cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Hajimena tersebut dibandingkan dengan target UCI, maka ada 2 cakupan imunisasi yang masih rendah, yakni cakupan imunisasi HB.

d. Imunisasi Anak Sekolah

Imunisasi yang diberikan pada anak sekolah di Puskesmas Hajimena tahun 2007 berupa Imunisasi Campak, DT dan TT. Sasaran imunisasi Campak pada tahun 2007 adalah 870 anak kelas I Sekolah Dasar. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 96.8% yang mendapatkan imunisasi Campak. Sedangkan untuk cakupan Imunisasi DT, dari 870 anak kelas I Sekolah Dasar, sekitar 97.9% yang mendapatkan Imunisasi DT. Baik untuk cakupan Imunisasi Campak maupun DT, masih dibawah target (100%). Sementara itu, anak kelas II dan kelas III Sekolah Dasar mendapatkan Imunisasi Tetanus Toxoid. Dari jumlah sasaran 879 anak kelas II Sekolah Dasar tersebut, sebanyak 861 anak atau sekitar 97.9% yang mendapatkan Imunisasi TT. Untuk anak kelas III sekolah Dasar yang mendapatkan Imunisasi TT sebanyak 745 anak atau sekitar 96.5% dari total 772 anak kelas III Sekolah Dasar. Angka ini pun masih dibawah target (100%).



Tidak ada komentar: